Komunitas Penjelajah Tempat Wisata Indonesia

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 16 Maret 2015

Waduk Klebut



 Pada zaman penjajahan Belanda terdapat pembuatan waduk. Sungai dari sumber mata air pegunungan daerah Sinatah Muria yang mengalir sampai desa Bondo. Pembuatan waduk tersebut bertujuan untuk pengairan atau irigasi untuk mengairi persawahan desa Jeruk wangi sampai desa Bondo.

Daerah pengairan atau irigasi tersebut dinamakan Klebut. Dahulu desa Jeruk wangi adalah hutan yang lebat jauh dari pemukiman. Dulunya masih saat zaman Kerajaan Majapahit, daerah tersebut di jajah oleh penjajah Belanda pada zaman mata uang masih cen, mener, godem, slaka tahun 1936.

Karena lamanya penjajah Belanda menjajah daerah Jeruk wangi, penjajah Belanda menemukan sungai dan dibuatkannya irigasi itu. Setelah Belanda pergi dari daerah Jeruk wangi di jajah lagi oleh penjajah Jepang kira-kira tahun 1942 dan Klebut ditemukan dan digunakan oleh orang Jepang.

Setelah Belanda dan Jepang pergi dari desa Jeruk wangi, tanah di daerah tersebut tidak ada pemiliknya atau tidak ada yang mengakui dan daerah itu diakui oleh orang Jambu Sekuro dan sekarang jadi desa Jeruk Wangi. Desa Jeruk wangi mempunyai tiga dukuh yaitu dukuh Krajan, Poring, dan Seminding yang dipisahkan sungai antar sungai.

Pertama kali orang yang menempati perdukuhan adalah Sarpo dan Simboh dua orang itu asal Srobyong. Kepala Desa Jeruk wangi yang pertama yaitu Bapak Rasiden. Hutan Jeruk wangi seluas 99 hektar di bandingkan dengan desa Bondo yang hanya 40 hektar hutan.

Kini daerah Klebut menjadi irigasi yang sangat membantu desa Jeruk wangi dan desa Bondo. Dahulu Klebut sangat bagus karena ada yang merawat. Lama kelamaan, tahun berganti tahun pasti ada kerusakan yang menjadikan Klebut tidak seindah dulu, “Apabila Klebut ada yang mengurus dan dijadikan tempat wisata pasti desa Jeruk wangi terkenal oleh orang banyak,” harap Mbah Marnoto.

Mbah Marnoto seorang kakek yang lahir tahun 1920 sekarang usia 95 tahun, mempunyai 6 anak yang tinggal di desa Jeruk wangi dukuh Seminding yang menjadi narasumbar yang menceritakan sejarah desa Jeruk wangi. (Ayu Amelia/qim)


Sumber : http://www.soearamoeria.com/2015/05/waduk-klebut-warisan-penjajah.html
Jepara, soearamoeria.com
Pada zaman penjajahan Belanda terdapat pembuatan waduk. Sungai dari sumber mata air pegunungan daerah Sinatah Muria yang mengalir sampai desa Bondo. Pembuatan waduk tersebut bertujuan untuk pengairan atau irigasi untuk mengairi persawahan desa Jeruk wangi sampai desa Bondo.
Daerah pengairan atau irigasi tersebut dinamakan Klebut. Dahulu desa Jeruk wangi adalah hutan yang lebat jauh dari pemukiman. Dulunya masih saat zaman Kerajaan Majapahit, daerah tersebut di jajah oleh penjajah Belanda pada zaman mata uang masih cen, mener, godem, slaka tahun 1936.
Karena lamanya penjajah Belanda menjajah daerah Jeruk wangi, penjajah Belanda menemukan sungai dan dibuatkannya irigasi itu. Setelah Belanda pergi dari daerah Jeruk wangi di jajah lagi oleh penjajah Jepang kira-kira tahun 1942 dan Klebut ditemukan dan digunakan oleh orang Jepang.
Setelah Belanda dan Jepang pergi dari desa Jeruk wangi, tanah di daerah tersebut tidak ada pemiliknya atau tidak ada yang mengakui dan daerah itu diakui oleh orang Jambu Sekuro dan sekarang jadi desa Jeruk Wangi. Desa Jeruk wangi mempunyai tiga dukuh yaitu dukuh Krajan, Poring, dan Seminding yang dipisahkan sungai antar sungai.
Pertama kali orang yang menempati perdukuhan adalah Sarpo dan Simboh dua orang itu asal Srobyong. Kepala Desa Jeruk wangi yang pertama yaitu Bapak Rasiden. Hutan Jeruk wangi seluas 99 hektar di bandingkan dengan desa Bondo yang hanya 40 hektar hutan.

Kini daerah Klebut menjadi irigasi yang sangat membantu desa Jeruk wangi dan desa Bondo. Dahulu Klebut sangat bagus karena ada yang merawat. Lama kelamaan, tahun berganti tahun pasti ada kerusakan yang menjadikan Klebut tidak seindah dulu, “Apabila Klebut ada yang mengurus dan dijadikan tempat wisata pasti desa Jeruk wangi terkenal oleh orang banyak,” harap Mbah Marnoto.
Mbah Marnoto seorang kakek yang lahir tahun 1920 sekarang usia 95 tahun, mempunyai 6 anak yang tinggal di desa Jeruk wangi dukuh Seminding yang menjadi narasumbar yang menceritakan sejarah desa Jeruk wangi. (Ayu Amelia/qim)
- See more at: http://www.soearamoeria.com/2015/05/waduk-klebut-warisan-penjajah.html#sthash.Ez3nFmYN.dpuf
Jepara, soearamoeria.com
Pada zaman penjajahan Belanda terdapat pembuatan waduk. Sungai dari sumber mata air pegunungan daerah Sinatah Muria yang mengalir sampai desa Bondo. Pembuatan waduk tersebut bertujuan untuk pengairan atau irigasi untuk mengairi persawahan desa Jeruk wangi sampai desa Bondo.
Daerah pengairan atau irigasi tersebut dinamakan Klebut. Dahulu desa Jeruk wangi adalah hutan yang lebat jauh dari pemukiman. Dulunya masih saat zaman Kerajaan Majapahit, daerah tersebut di jajah oleh penjajah Belanda pada zaman mata uang masih cen, mener, godem, slaka tahun 1936.
Karena lamanya penjajah Belanda menjajah daerah Jeruk wangi, penjajah Belanda menemukan sungai dan dibuatkannya irigasi itu. Setelah Belanda pergi dari daerah Jeruk wangi di jajah lagi oleh penjajah Jepang kira-kira tahun 1942 dan Klebut ditemukan dan digunakan oleh orang Jepang.
Setelah Belanda dan Jepang pergi dari desa Jeruk wangi, tanah di daerah tersebut tidak ada pemiliknya atau tidak ada yang mengakui dan daerah itu diakui oleh orang Jambu Sekuro dan sekarang jadi desa Jeruk Wangi. Desa Jeruk wangi mempunyai tiga dukuh yaitu dukuh Krajan, Poring, dan Seminding yang dipisahkan sungai antar sungai.
Pertama kali orang yang menempati perdukuhan adalah Sarpo dan Simboh dua orang itu asal Srobyong. Kepala Desa Jeruk wangi yang pertama yaitu Bapak Rasiden. Hutan Jeruk wangi seluas 99 hektar di bandingkan dengan desa Bondo yang hanya 40 hektar hutan.

Kini daerah Klebut menjadi irigasi yang sangat membantu desa Jeruk wangi dan desa Bondo. Dahulu Klebut sangat bagus karena ada yang merawat. Lama kelamaan, tahun berganti tahun pasti ada kerusakan yang menjadikan Klebut tidak seindah dulu, “Apabila Klebut ada yang mengurus dan dijadikan tempat wisata pasti desa Jeruk wangi terkenal oleh orang banyak,” harap Mbah Marnoto.
Mbah Marnoto seorang kakek yang lahir tahun 1920 sekarang usia 95 tahun, mempunyai 6 anak yang tinggal di desa Jeruk wangi dukuh Seminding yang menjadi narasumbar yang menceritakan sejarah desa Jeruk wangi. (Ayu Amelia/qim)
- See more at: http://www.soearamoeria.com/2015/05/waduk-klebut-warisan-penjajah.html#sthash.Ez3nFmYN.dpuf
Jepara, soearamoeria.com
Pada zaman penjajahan Belanda terdapat pembuatan waduk. Sungai dari sumber mata air pegunungan daerah Sinatah Muria yang mengalir sampai desa Bondo. Pembuatan waduk tersebut bertujuan untuk pengairan atau irigasi untuk mengairi persawahan desa Jeruk wangi sampai desa Bondo.
Daerah pengairan atau irigasi tersebut dinamakan Klebut. Dahulu desa Jeruk wangi adalah hutan yang lebat jauh dari pemukiman. Dulunya masih saat zaman Kerajaan Majapahit, daerah tersebut di jajah oleh penjajah Belanda pada zaman mata uang masih cen, mener, godem, slaka tahun 1936.
Karena lamanya penjajah Belanda menjajah daerah Jeruk wangi, penjajah Belanda menemukan sungai dan dibuatkannya irigasi itu. Setelah Belanda pergi dari daerah Jeruk wangi di jajah lagi oleh penjajah Jepang kira-kira tahun 1942 dan Klebut ditemukan dan digunakan oleh orang Jepang.
Setelah Belanda dan Jepang pergi dari desa Jeruk wangi, tanah di daerah tersebut tidak ada pemiliknya atau tidak ada yang mengakui dan daerah itu diakui oleh orang Jambu Sekuro dan sekarang jadi desa Jeruk Wangi. Desa Jeruk wangi mempunyai tiga dukuh yaitu dukuh Krajan, Poring, dan Seminding yang dipisahkan sungai antar sungai.
Pertama kali orang yang menempati perdukuhan adalah Sarpo dan Simboh dua orang itu asal Srobyong. Kepala Desa Jeruk wangi yang pertama yaitu Bapak Rasiden. Hutan Jeruk wangi seluas 99 hektar di bandingkan dengan desa Bondo yang hanya 40 hektar hutan.

Kini daerah Klebut menjadi irigasi yang sangat membantu desa Jeruk wangi dan desa Bondo. Dahulu Klebut sangat bagus karena ada yang merawat. Lama kelamaan, tahun berganti tahun pasti ada kerusakan yang menjadikan Klebut tidak seindah dulu, “Apabila Klebut ada yang mengurus dan dijadikan tempat wisata pasti desa Jeruk wangi terkenal oleh orang banyak,” harap Mbah Marnoto.
Mbah Marnoto seorang kakek yang lahir tahun 1920 sekarang usia 95 tahun, mempunyai 6 anak yang tinggal di desa Jeruk wangi dukuh Seminding yang menjadi narasumbar yang menceritakan sejarah desa Jeruk wangi. (Ayu Amelia/qim)
- See more at: http://www.soearamoeria.com/2015/05/waduk-klebut-warisan-penjajah.html#sthash.Ez3nFmYN.dpuf
Share:

Waduk Punden Nan Indah




Waduk Punden Gemulung Jepara adalah waduk yang  digunakan untuk mengairi sawah di desa Gemulung dan Sekitarnya. di Waduk ini, suasananya cukup sejuk, karena dikelilingi oleh banyak pohon besar dan rindang.  Untuk mencapai waduk ini, tidak begitu sulit. cukup memasuki ke desa Gemulung dan tanya pada warga sekitar letak waduk punden, anda akan diberitahu tempatnya. 



pompa air sendang kamulyan


Di waduk punden ini terdapat beberapa bangunan gazebo yang bisa digunakan untuk menikmati keindahan dan ketenangan waduk punden ini.




Bagi anda yang hobi memancing, di desa Gemulung Kecamatan Pecangaan terdapat sebuah waduk punden. Suasana yang tenang jauh dari keramaian menjadi nilai plus tempat ini selain tempatnya yang masih asri.
Asal usul disebut Waduk Punden karena tempat ini bersumber dari punden desa Gemulung Pecangaan Jepara. Selain disebut waduk punden, juga dinamakan Sendang Kamulyan, karena dengan adanya bendungan ini, petani disekitar waduk ini bisa merasakan kemulyaan dengan adanya irigasi ke sawah mereka melalui waduk ini.




Untuk mencapai lokasi tersebut pengunjung harus melewati jalan perkampungan, namun ketika ada lomba memancing selalu diikuti oleh ratusan penduduk dari berbagai tempat dan kalangan.
Waduk Punden dikelilingi dengan tumbuhan yang besar-besar dan rindang yang membuat lokasi waduk ini kian asri bahkan beberapa pohonnya pun ada yang mencapai usia ratusan tahun.






Selain tempat ini teduh dan nyaman untuk bersantai, tempat ini juga digunakan untuk memancing dan berperahu mengitari indahnya suasana waduk. Sebelum dibuat budi daya tambak ikan tawar di bawah bendungan dan diadakannya sebuah perahu bekas dari Jepara, tempat ini masih sepi.




Waduk Punden Gemulung yang semula berfungsi sebagai pengairan sawah di sepanjang aliran sungai desa Gemulung, Kecamatan Pecangaan Jepara, bahkan kala musim hujan saat debit airnya penuh dapat mengairi sawah sampai Kecamatan Kalinyamatan.


Bendungan irigasi ini dibangun sekitar tahun 1955 mulanya hanya sebatas muara kecil, hingga pada tahun 1971 dapat alokasi impres sebesar 2,5 juta baru dibuat permanen dengan pintu air. Waduk permanen Gemulung ini masuk dalam harta bondo Desa yang pengelolaanya ditangani oleh Karang Taruna.

Bagi kalian yang singgah di waduk ini, please cukup menikmati saja, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan tinggalkan apapun dimanapun kalian berkunjung kecuali jejak kaki di tanah. Kamu gak nambah ganteng atau cantik dengan meninggalkan tulisan nama di batuan. Kamu gak akan nambah populer dengan nulis nama kota nama genk mu dan nama pacar kamu. Jadilah penikmat alam yang bijak, bawalah sampah kalian pulang. Tukang corat-coret (vandalism) itu norak ya..!
Share:

Definition List

Unordered List

Support