Sebuah perjalanan melelahkan yang penuh semangat dalam perjalanan kami menuju Objek Wisata Benteng Portugis yang penuh perjuangan dalam perjalanan melawati hutan karet untuk menuju situs atau Objek Wisata Benteng Portugis,
dalam perjalanan kami berempat terpesona oleh keindahan alam Utara
Jepara yang penuh dengan pepohonan yang asri dan alami degan pemandangan
bukit dan gunung.
Ketika sampai, kami dihadapkan
benteng yang gagah terpampang didepan kami dengan pesona laut dan bukit
sebagai tempat pertahanan dalam masa penjajahan, ketika mata memandang
terdapat sebuah Pulau kecil yang diberi nama Pulau Mandalika.
Tepian pantai terdapat bebatuan karang yang asyik untuk dibuat
foto-foto atau selfie bersama teman atau sanak saudara, kami berempat
naik keatas bukit untuk melihat sebuah meriam yang digunakan
untuk pertahanan dari para Penjajah dan tempat berteduh bagi pengunjung
yang lelah sehabis mendaki bukitnya. Tidak jauh dari Objek Wisata
Benteng Portugis juga terdapat Pecatu Beach (Pantai Pecatu).
Menurut sejarah pada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan
saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap
sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia.
Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam
dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu
Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda.
Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan
tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram. Kejadian ini
membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC
Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara
bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat,
sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru
dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.
bangsa Portugis hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini.
Banyaknya gangguan yang memakan korban kiranya menjadi salah satu
alasannya. Di Selat Mandalika itu ada pusaran air laut. Seturut cerita
rakyat sekitar, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng
Siluman yang dirajai oleh Siluman Bajul Putih. Setiap ada orang berkulit
putih seperti bangsa Portugis pastilah tersedot ke dalam laut hilang
entah kemana. Kejadian itu sesuai dengan sumpah Siluman Bajul Putih
ketika dikalahkan oleh Ki Leseh.
Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan. Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut diganggu roh-roh penghuni benteng itu.
Pada waktu Jepang menampakkan kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai. Menurut penuturan bekas para pekerja paksa Jepang (Romusha), di bawah menara dibuatkan lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit. Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi. Melihat pengunjung makin banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini sehingga semakin menarik dikunjungi.
Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan. Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut diganggu roh-roh penghuni benteng itu.
Pada waktu Jepang menampakkan kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai. Menurut penuturan bekas para pekerja paksa Jepang (Romusha), di bawah menara dibuatkan lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit. Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi. Melihat pengunjung makin banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini sehingga semakin menarik dikunjungi.
Bagi kalian yang singgah di benteng ini, please cukup menikmati saja, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan tinggalkan apapun dimanapun kalian berkunjung kecuali jejak kaki di tanah. Kamu gak nambah ganteng atau cantik dengan meninggalkan tulisan nama di batuan. Kamu gak akan nambah populer dengan nulis nama kota nama genk mu dan nama pacar kamu. Jadilah penikmat alam yang bijak, bawalah sampah kalian pulang. Tukang corat-coret (vandalism) itu norak ya..!
Ketika kita liburan di jepara banyak tempat wisata jepara yang patut kita kunjungin yaitu :
BalasHapus1. Pantai Kartini
2. Pantai Bandengan
3. Benteng Portugis
4. Pulau Karimun Jawa
Silahkan liburan di jepara ketika liburan sekolah tiba.