Komunitas Penjelajah Tempat Wisata Indonesia

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 24 Februari 2015

Benteng VOC




Fort Japara XVI  atau lebih dikenal Benteng VOC  lebih dikenal oleh masyarakat Jepara sebagai Lodji Gunung diperkirakan dibangun pada abad XVI Masehi oleh Belanda yang mengatasnamakan kepentingan penguasa Jepara pada masa itu.  Di perkirakan dibangun pada abad XVII Masehi oleh Kolonial Belanda dengan mengatasnamakan kepentingan penguasaan Jepara pada masa itu. Gerbang masuk menuju lokasi benteng dibuat cukup megah, dengan bertuliskan Fort Japara, di dalamnya terdapat taman dari tanaman hias dan bunga serta pohon jenis palem. Pada bagian timur terdapat kompleks makam kuno yang berisi makam orang-orang Cina dan Belanda. Selain itu di area yang sama terhampar taman buah yang berisi tanaman mangga, belimbing, jambu, bahkan sukun yang biasa disebut taman Giri Dharma.




Bagi kalian yang singgah di benteng ini, please cukup menikmati saja, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan tinggalkan apapun dimanapun kalian berkunjung kecuali jejak kaki di tanah. Kamu gak nambah ganteng atau cantik dengan meninggalkan tulisan nama di batuan. Kamu gak akan nambah populer dengan nulis nama kota nama genk mu dan nama pacar kamu. Jadilah penikmat alam yang bijak, bawalah sampah kalian pulang. Tukang corat-coret (vandalism) itu norak ya..!



Share:

Senin, 23 Februari 2015

Benteng Portugis


Sebuah perjalanan melelahkan yang penuh semangat dalam perjalanan kami menuju Objek Wisata Benteng Portugis yang penuh perjuangan dalam perjalanan melawati hutan karet untuk menuju situs atau Objek Wisata Benteng Portugis, dalam perjalanan kami berempat terpesona oleh keindahan alam Utara Jepara yang penuh dengan pepohonan yang asri dan alami degan pemandangan bukit dan gunung.
Ketika sampai, kami dihadapkan benteng yang gagah terpampang didepan kami dengan pesona laut dan bukit sebagai tempat pertahanan dalam masa penjajahan, ketika mata memandang terdapat sebuah Pulau kecil yang diberi nama Pulau Mandalika. Tepian pantai terdapat bebatuan karang yang asyik untuk dibuat foto-foto atau selfie bersama teman atau sanak saudara, kami berempat naik keatas bukit untuk melihat sebuah meriam yang digunakan untuk pertahanan dari para Penjajah dan tempat berteduh bagi pengunjung yang lelah sehabis mendaki bukitnya. Tidak jauh dari Objek Wisata Benteng Portugis juga terdapat Pecatu Beach (Pantai Pecatu).

Menurut sejarah pada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda. Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram. Kejadian ini membuat Sultan Agung berpikir bahwa VOC Belanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.

bangsa Portugis hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini. Banyaknya gangguan yang memakan korban kiranya menjadi salah satu alasannya. Di Selat Mandalika itu ada pusaran air laut. Seturut cerita rakyat sekitar, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang dirajai oleh Siluman Bajul Putih. Setiap ada orang berkulit putih seperti bangsa Portugis pastilah tersedot ke dalam laut hilang entah kemana. Kejadian itu sesuai dengan sumpah Siluman Bajul Putih ketika dikalahkan oleh Ki Leseh.
Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan. Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut diganggu roh-roh penghuni benteng itu.

Pada waktu Jepang menampakkan kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai. Menurut penuturan bekas para pekerja paksa Jepang (Romusha), di bawah menara dibuatkan lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit. Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi. Melihat pengunjung makin banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini sehingga semakin menarik dikunjungi.

Bagi kalian yang singgah di benteng ini, please cukup menikmati saja, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan tinggalkan apapun dimanapun kalian berkunjung kecuali jejak kaki di tanah. Kamu gak nambah ganteng atau cantik dengan meninggalkan tulisan nama di batuan. Kamu gak akan nambah populer dengan nulis nama kota nama genk mu dan nama pacar kamu. Jadilah penikmat alam yang bijak, bawalah sampah kalian pulang. Tukang corat-coret (vandalism) itu norak ya..!
Share:

Minggu, 22 Februari 2015

Benteng Kalinyamat


Peta Keraton Kalinyamat (Siti Inggil)

Peta Kota di dalam Benteng Kalinyamat
Benteng Kalinyamat terdapat di daerah Kecamatan Kalinyamatan tepatnya berada di Desa Robayan, Desa Bakalan, Desa Kriyan, Desa Margoyoso.
Menurut sejarah Benteng Kalinyamat temboknya mengelilingi 4 desa yaitu Desa Robayan, Desa Bakalan, Desa Kriyan, Desa Margoyoso. Benteng Kalinyamat adalah benteng dari Kerajaan Kalinyamat yang berfungsi untuk melindungi Istana (Keraton) inti Kerajaan Kalinyamat, serta untuk melindungi kediaman para kaum bangsawan dan ibu kota kerajaan.  Lebar tembok Benteng Kalinyamat kurang lebih 5 meter. Selain tembok benteng untuk melindungi kawasan inti Kerajaan Kalinyamat, juga di manfaatkan Ratu Kalinyamat berkeliling memantau ibu kota kerajaan dari atas tembok benteng menggunakan kereta kencana.

Reruntuhan Tembok yang masih bisa dilihat ada di:
  • Di Bawah Tanggul samping makam Mbah Sacam, di Robayan
  •  Di Kutha Bedah dan Bendo, di Robayan
Benteng Kalinyamat selain sangat kokoh bangunannya juga dijaga banyak pasukan, sehingga orang dari wilayah lain atau dari kerajaan lain tidak mudah untuk bisa masuk kota yang berada di dalam benteng. Bahkan Kesultanan Mataram pernah bermaksud merebut wilayah Jepara dari Ratu Kalinyamat tapi karena terdapat banyak benteng dan prajurit kalinyamat maka pasukan mataram mundur. Tetapi masa Pemerintahan Pangeran Arya Jepara kekuatan Jepara mulai melemah. Ketika Pangeran Arya Jepara sedang ke Kerajaan Banten Jepara diserang pasukan Panembahan Senopati dari Kerajaan Mataram dengan cara menjebol Tembok Benteng Sebelah Selatan (di daerah desa Robayan, Kalinyamatan, Jepara) dan membunuh semuanya sehingga dinamakan Kutha Bedah.

Bagi kalian yang singgah di benteng ini, please cukup menikmati saja, jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, dan jangan tinggalkan apapun dimanapun kalian berkunjung kecuali jejak kaki di tanah. Kamu gak nambah ganteng atau cantik dengan meninggalkan tulisan nama di batuan. Kamu gak akan nambah populer dengan nulis nama kota nama genk mu dan nama pacar kamu. Jadilah penikmat alam yang bijak, bawalah sampah kalian pulang. Tukang corat-coret (vandalism) itu norak ya..!
Share:

Definition List

Unordered List

Support